Ketika Bejo masuk ke dalam rumah . . .

Bejo : ”Mak, Bejo tadi ditanya sama Bu Guru lagi, kapan SPP-nya dilunasi.”
Emak : Emak usahakan, Jo.”
Bejo : ”Maaf Mak, seharusnya Bejo tidak boleh membebani Emak seperti ini. Kalau Emak bolehin, Bejo mau berhenti sekolah saja. Bejo mau kerja membantu Emak.”
Emak : ”Bejo, sudahlah, kau tak usah mikirin Emak. Bejo harus tetap sekolah. Lagipula, begini aja sudah cukup nak.”
Bejo : ”Iya Mak, tapi apa Emak mau bertahan terus dengan utang yang menumpuk ? Mak banyak utang ama Mpok Minah. Kenapa Mak nggak mau bilang sama Bapak supaya cari kerja ?”
Tiba-tiba Emak menunduk dan meneteskan air mata
Bejo : ”Maaf ya Mak. Tak seharusnya Bejo berkata seperti itu.”

Tiba-tiba Nur muncul dengan wajah pucat

Nur : ”Mak, kepala Nur pusing, perut mules, dan badan terasa dingin sekali Mak.”
Emak : ”Emangnya kamu habis dari mana Nur ? Tadi Nur makan apa ?”
Nur : ”Enggak Mak. Nur tadi nggak makan apa-apa. Uang buat beli jajan juga masih utuh kok Mak.”
Emak : ”Bejo, tolong belikan obat di warung Mpok Minah. Minta obatnya dulu, nanti bayarnya belakangan.”
Bejo : ”Mak, utang lagi ya. Nanti bayarnya gimana ?”
Emak : ”Ssst. Bejo, sudahlah. Kasihan adikmu. Ayo cepat ke warung !”
Bejo : ”Sebentar Mak, Bejo ganti baju dulu.”

Setelah ganti baju, Bejo langsung bergegas ke warung. Tiba-tiba Bapak masuk rumah

Emak : ”Pak, dari mana saja Bapak ini ? Lihat anakmu ini Pak ! Nur sakit.”
Bapak : ”Halah, Emak saja yang urus !”
Emak : ”Pak !” (berlari mendekati Bapak)
Bapak : ”Mak, jangan ganggu urusanku ! Aku mau begini kek, begitu kek, itu urusanku.”
Emak : ”Lho, apa Bapak nggak sadar apa yang Bapak perbuat selama ini ? Lihat keadaan rumah kita, Pak. Uang sekolah Bejo dan Nur belum kita lunasi.”
Nur : ”Bapak, Nur gak enak badan. Ibu nggak bisa kerja, Bapak malah baru pulang. Harusnya kan Bapak yang kerja. Nggak seperti ini. Nur kasihan sama Emak.”
Bapak : (membentak) ”Nur ! Tidak seharusnya kamu menggurui Bapak !”
Nur : ”Tapi Pak, selama ini Bapak hanya berjudi kerjanya. Bapak tidak mikirin keadaan keluarga ?”
Bapak : ”Ah, peduli amat dengan ocehanmu.” (masuk ke kamar dan menutup pintu dengan keras)
Emak : ”Sudahlah Nur. Semoga Allah segera memberikan kesadaran kepada Bapak.”
Nur : ”Ya sudahlah. Tapi kok mas Bejo kok lama sekali yah ? Jangan-jangan mas Bejo dimarahi oleh Mpok Minah. Habis kan, setahu Nur, utang keluarha kita di Mpok Minah banyak.”
Emak : ”Bener Nur, tapi semoga dugaan Nur tidak benar. Mpok Minah kan orangnya baik. Sebentar Nur, Emak mau tengok kamarnya Bejo.”

Tiba-tiba Emak keluar dari kamar dengan membawa secarik kertas

Emak : ”Nur, ada kertas di kamar Bejo. Dia ninggalin surat ini. (setelah itu Emak membaca surat itu). Emak, maafin Bejo ya. Bejo sekarang pergi ke kota untuk cari uang buat nafkahin Emak. Aku mau gantikan posisi Bapak sebagai pencari nafkah, karena Bapak kerjaannya cuma judi, judi dan judi. Aku nggak kuat lihat Emak dan Nur menderita. Aku juga nggak kuat kalau Emak ngutang terus. Maka dari itu, Bejo pergi ke kota untuk cari uang. Nanti uang itu akan kukirim ke Emak. Do’akan Bejo ya Mak, biar Bejo nanti dapat uang banyak dan bisa membantu Emak. Dari anakmu, Bejo.

Tiba-tiba Emak langsung menangis dan bergegas masuk kamar

Emak : ”Bapak, lihat ini ! Baca ini Pak ! Bejo mau mencari kerja. Bapak seharusnya malu, malu Pak sama Bejo.”
Setelah itu Bapak membaca surat itu. Tiba-tiba mata Bapak berkaca-kaca.
Emak : ”Memang, Bejo pernah ngomong sama Emak kalau dia mau berhenti sekolah saja. Dia mau bantu Emak cari kerja Pak. Tapi Emak nggak bolehin.”
Bapak : (sambil menengadahkan tangan ke atas) ”Ya Allah, maafkan hamba-Mu yang telah lalai ini. Aku telah banyak bergelimang dosa. Kasihan kau anakku, kasihan kau, karena ulah Bapakmu ini, kamu jadi menderita Bejo. (menghadap emak) Mak, aku akan susul si Bejo di kota. Aku tahu tempatnya. Ujang pasti ke rumah pakdenya. Pakdenya punya bengkel sepeda dan dulu Bejo pernah berkata pingin bekerja di bengkel sepeda dan ingin punya bengkel sendiri seperti pamannya."
Emak : ”Baiklah Pak. Syukurlah kalau Bapak menyadari semuanya. Semoga Bapak dapat menemukan Bejo. Kalau ketemu dengannya, langsung ajak pulang ya Pak.”
Bapak : (membelai rambut Nur) ”Maafkan Bapakmu ini ya Nur. Doakan Bapak bisa ketemu Bejo ya.”
Nur : ”Ya Pak.”
Bapak : ”Aku berjanji mulai sekarang, Aku akan berubah menjadi lebih baik. Tapi apakah Bapak tidak terlmbat untuk berubah?”
Emak : ”Tidak Pak, tidak. Tiada kata terlambat untuk berubah Pak.”
Bapak : ”Makasih ya.”

Setelah itu Bapak masuk kamar lalu pergi menyusul Bejo ke Kota

THE END